AI Jawab Pertanyaan_Asisten Tugas Terbaik AI Online | Question AI

Tantangan Identitas dalam Era Digital: Sebuah Tinjauan Sosiologis

essays-star

The digital age has ushered in a new era of interconnectedness, blurring geographical boundaries and fostering unprecedented access to information and communication. This transformative landscape has profoundly impacted various aspects of human life, including the very notion of identity. In this digital realm, where virtual personas intertwine with real-world identities, individuals grapple with a complex interplay of online and offline experiences, leading to a multifaceted exploration of selfhood. This essay delves into the sociological implications of this phenomenon, examining the challenges to identity formation and expression in the digital age.

The Rise of Digital Identities

The digital sphere provides a fertile ground for individuals to construct and project their identities. Social media platforms, online gaming communities, and virtual forums offer spaces for self-expression and social interaction, allowing users to curate their online personas. This digital identity, often meticulously crafted through carefully chosen profile pictures, status updates, and carefully curated content, can diverge significantly from one's offline self. This divergence can be attributed to various factors, including the desire to present an idealized version of oneself, the anonymity afforded by the digital realm, and the ability to experiment with different facets of one's personality.

The Impact of Social Media on Identity Formation

Social media platforms have become ubiquitous in contemporary society, playing a significant role in shaping individual identities. The constant stream of curated content, from carefully staged photographs to meticulously crafted narratives, creates a pressure to conform to societal expectations and present a desirable image. This pressure can lead to feelings of inadequacy and a sense of disconnect between one's online and offline selves. Moreover, the constant comparison with others' seemingly perfect lives can contribute to low self-esteem and a distorted perception of reality.

The Challenges of Authenticity and Privacy

The digital age presents unique challenges to the pursuit of authenticity and privacy. The constant scrutiny of online interactions, the potential for cyberbullying, and the ever-present threat of data breaches can create a sense of vulnerability and anxiety. Individuals may feel compelled to censor themselves or present a sanitized version of their true selves to avoid negative consequences. This can lead to a disconnect between one's authentic self and the persona projected online, further complicating the process of identity formation.

The Blurring of Boundaries: Online and Offline Identities

The digital age has blurred the lines between online and offline identities, creating a complex interplay of virtual and real-world experiences. The information shared online can have real-world consequences, impacting relationships, career prospects, and social standing. This blurring of boundaries can lead to a sense of unease and a struggle to reconcile the different facets of one's identity.

The digital age has profoundly impacted the way individuals understand and express their identities. The rise of digital identities, the influence of social media, and the challenges of authenticity and privacy have created a complex landscape where individuals navigate the interplay of online and offline experiences. While the digital realm offers opportunities for self-expression and connection, it also presents unique challenges to identity formation and expression. As we continue to navigate this evolving digital landscape, it is crucial to foster a greater understanding of the sociological implications of these transformations and to promote a culture of authenticity, respect, and responsible online behavior.

like

Esai Terkait

Membangun identitas diri di tengah kemajuan teknologi.

Di era digital yang terus berkembang pesat ini, teknologi telah merambah ke berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam membentuk identitas diri. Kemudahan akses informasi, konektivitas tanpa batas, dan paparan budaya global melalui platform digital telah menciptakan lanskap baru dalam memahami dan mengekspresikan diri. Di tengah arus deras kemajuan teknologi, membangun identitas diri yang kokoh menjadi suatu tantangan tersendiri. Bagaimana kita dapat memilah dan memilih pengaruh teknologi yang membentuk diri kita? Menavigasi Lautan Informasi di Era DigitalKemajuan teknologi informasi telah membuka akses tak terbatas terhadap berbagai sumber pengetahuan dan informasi. Namun, derasnya arus informasi ini juga dapat menjadi bumerang. Terlalu banyak terpapar informasi yang belum tentu terverifikasi dapat mengaburkan pemahaman kita tentang diri sendiri dan dunia sekitar. Penting untuk memiliki kemampuan literasi digital yang baik, yaitu kemampuan untuk memilah, memverifikasi, dan menganalisis informasi yang kita terima. Dengan demikian, kita dapat membangun identitas diri berdasarkan informasi yang akurat dan bermanfaat. Menjaga Keaslian Diri di Tengah Gelombang Tren DigitalMedia sosial telah menjadi panggung bagi individu untuk mengekspresikan diri dan terhubung dengan orang lain. Namun, platform ini juga dapat memicu perbandingan sosial dan tekanan untuk mengikuti tren yang sedang berkembang. Penting untuk diingat bahwa identitas diri sejati berasal dari dalam diri, bukan dari validasi orang lain di dunia maya. Alih-alih terjebak dalam upaya untuk memenuhi standar yang dibentuk oleh tren digital, fokuslah untuk mengembangkan minat, bakat, dan nilai-nilai yang autentik dari diri sendiri. Membangun Hubungan yang Bermakna di Era VirtualTeknologi telah menciptakan cara baru untuk terhubung dengan orang lain, melampaui batas geografis dan waktu. Namun, interaksi virtual tidak dapat sepenuhnya menggantikan keintiman dan kedalaman hubungan tatap muka. Penting untuk menyeimbangkan interaksi online dan offline, serta membangun hubungan yang bermakna dengan orang-orang di sekitar kita. Interaksi sosial yang sehat dan suportif di dunia nyata dapat memperkuat rasa memiliki dan mendukung perkembangan identitas diri yang positif. Menjaga Keseimbangan antara Dunia Digital dan NyataKemajuan teknologi telah menciptakan dunia baru yang penuh peluang dan tantangan. Penting untuk bijak dalam memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk mengembangkan diri, tanpa membiarkannya menguasai hidup kita. Batasi penggunaan media sosial dan perangkat digital, luangkan waktu untuk berinteraksi dengan dunia nyata, dan kembangkan hobi atau minat yang tidak bergantung pada teknologi. Keseimbangan antara dunia digital dan nyata merupakan kunci untuk membangun identitas diri yang kokoh dan hidup yang bermakna.Di era digital yang terus berkembang, membangun identitas diri yang kokoh merupakan sebuah perjalanan yang dinamis. Dengan kemampuan untuk menavigasi lautan informasi, menjaga keaslian diri, membangun hubungan yang bermakna, dan menjaga keseimbangan antara dunia digital dan nyata, kita dapat memanfaatkan kemajuan teknologi untuk membentuk identitas diri yang autentik dan berdaya.

Bagaimana Identitas Mempengaruhi Perilaku Konsumen?

Bagaimana Identitas Mempengaruhi Perilaku Konsumen?Identitas merupakan bagian integral dari setiap individu. Hal ini juga berlaku dalam konteks perilaku konsumen. Identitas seseorang dapat memengaruhi preferensi, keputusan pembelian, dan interaksi dengan merek. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana identitas memengaruhi perilaku konsumen dan mengapa pemahaman yang mendalam tentang hal ini penting bagi strategi pemasaran. Pengertian Identitas dalam Konteks Perilaku KonsumenIdentitas dalam konteks perilaku konsumen merujuk pada cara individu mengidentifikasi diri mereka sendiri dalam hubungannya dengan produk, merek, dan pengalaman konsumen. Identitas ini dapat terbentuk oleh berbagai faktor, termasuk nilai-nilai pribadi, budaya, pengalaman hidup, dan asosiasi dengan kelompok sosial tertentu. Dalam konteks pemasaran, pemahaman tentang identitas konsumen dapat membantu perusahaan dalam menyusun strategi yang lebih terarah dan relevan. Pengaruh Identitas Terhadap Preferensi KonsumenIdentitas seseorang dapat memengaruhi preferensi konsumen dengan cara yang signifikan. Misalnya, seseorang yang mengidentifikasi dirinya sebagai pecinta alam mungkin cenderung memilih produk-produk yang ramah lingkungan atau terkait dengan kegiatan luar ruangan. Di sisi lain, individu yang mengidentifikasi diri mereka sebagai penggemar teknologi mungkin lebih tertarik pada produk-produk inovatif dan canggih. Dengan memahami identitas konsumen, perusahaan dapat menyesuaikan penawaran mereka untuk lebih sesuai dengan preferensi individu. Identitas dan Keputusan PembelianIdentitas juga memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan konsumen. Individu cenderung memilih produk atau merek yang sejalan dengan identitas mereka karena hal ini dapat memperkuat perasaan kepribadian dan keanggotaan dalam kelompok tertentu. Sebagai contoh, seseorang yang mengidentifikasi diri sebagai pecinta seni mungkin lebih cenderung memilih produk-produk yang dikaitkan dengan seni atau kreativitas. Dengan memahami bagaimana identitas memengaruhi keputusan pembelian, perusahaan dapat mengarahkan strategi pemasaran mereka untuk lebih efektif menarik konsumen yang sesuai. Identitas dan Interaksi dengan MerekIdentitas juga memengaruhi cara individu berinteraksi dengan merek. Individu cenderung merespons lebih positif terhadap merek yang mencerminkan atau mendukung identitas mereka. Misalnya, merek yang berhasil mengaitkan diri dengan nilai-nilai yang penting bagi identitas konsumen dapat membangun hubungan yang lebih kuat dengan konsumen tersebut. Dengan memahami identitas konsumen, perusahaan dapat merancang strategi interaksi merek yang lebih autentik dan relevan. KesimpulanDalam kesimpulan, identitas memainkan peran krusial dalam membentuk perilaku konsumen. Dari preferensi konsumen hingga keputusan pembelian dan interaksi dengan merek, identitas memiliki dampak yang signifikan. Pemahaman yang mendalam tentang identitas konsumen dapat membantu perusahaan dalam menyusun strategi pemasaran yang lebih efektif dan relevan. Dengan memperhatikan identitas konsumen, perusahaan dapat membangun hubungan yang lebih kuat dan berkelanjutan dengan konsumen mereka.

Identitas Nasional dan Tantangan Globalisasi

The concept of national identity is a complex and multifaceted one, shaped by a myriad of factors including history, culture, language, and shared values. In an increasingly interconnected world, globalization has presented both opportunities and challenges to national identities, prompting debates about the preservation of cultural distinctiveness amidst the homogenizing forces of globalization. This essay will explore the intricate relationship between national identity and globalization, examining the challenges posed by globalization and the strategies employed by nations to navigate these challenges. The Impact of Globalization on National IdentityGlobalization has profoundly impacted national identities in various ways. The rapid flow of information, goods, and people across borders has led to increased cultural exchange and the emergence of hybrid identities. This exposure to diverse cultures can challenge traditional notions of national identity, leading to a sense of cultural dilution or even displacement. For instance, the influx of foreign media and entertainment can influence local cultural practices and values, potentially eroding the distinctiveness of national identities. Moreover, the rise of globalized corporations and the homogenization of consumer markets can create a sense of cultural uniformity, diminishing the significance of national boundaries. Preserving National Identity in a Globalized WorldDespite the challenges posed by globalization, nations have adopted various strategies to preserve their national identities. One approach is to promote cultural heritage and traditional values through education, arts, and cultural institutions. By emphasizing the unique aspects of their history, language, and cultural practices, nations aim to foster a sense of national pride and belonging. Another strategy involves strengthening national institutions and policies to regulate the flow of information and goods, ensuring that national interests are protected. This can include measures such as language policies, cultural quotas in media, and protectionist trade policies. The Role of Technology in Shaping National IdentityTechnology has played a significant role in shaping national identities in the age of globalization. The internet and social media have facilitated the spread of information and cultural exchange, connecting people across borders and fostering a sense of global citizenship. However, technology can also be used to promote nationalist agendas, with social media platforms becoming breeding grounds for hate speech and misinformation. The rise of online communities and virtual identities can also blur the lines between national and global identities, creating new challenges for the preservation of national cultures. ConclusionThe relationship between national identity and globalization is a complex and dynamic one. While globalization has presented challenges to national identities, it has also provided opportunities for cultural exchange and the emergence of hybrid identities. Nations are actively seeking to navigate these challenges by promoting cultural heritage, strengthening national institutions, and harnessing the power of technology. The future of national identities in a globalized world will depend on the ability of nations to adapt to changing circumstances while preserving their unique cultural heritage and values.

Identitas dan Perannya dalam Membentuk Hubungan Sosial

Identitas adalah konsep yang kompleks dan multifaset yang memainkan peran penting dalam membentuk hubungan sosial. Ini adalah perasaan individu tentang siapa mereka, yang dibentuk oleh berbagai faktor seperti pengalaman pribadi, budaya, dan interaksi sosial. Identitas adalah konstruksi yang dinamis dan terus berkembang seiring waktu, dipengaruhi oleh pengalaman baru dan interaksi dengan orang lain. Artikel ini akan mengeksplorasi berbagai aspek identitas dan bagaimana hal itu memengaruhi hubungan sosial. Identitas dan Pembentukan DiriIdentitas adalah inti dari keberadaan seseorang, membentuk cara kita melihat diri kita sendiri dan dunia di sekitar kita. Ini adalah perasaan tentang siapa kita, apa yang kita yakini, dan apa yang kita hargai. Identitas dibentuk melalui proses yang berkelanjutan, dimulai dari masa kanak-kanak dan terus berkembang sepanjang hidup. Pengalaman awal, seperti keluarga, teman, dan budaya, memainkan peran penting dalam membentuk identitas awal kita. Saat kita tumbuh dewasa, kita terus berinteraksi dengan dunia dan orang-orang di sekitar kita, yang memengaruhi pemahaman kita tentang diri kita sendiri. Identitas dan Hubungan SosialIdentitas memiliki dampak yang signifikan pada hubungan sosial kita. Cara kita melihat diri kita sendiri memengaruhi cara kita berinteraksi dengan orang lain. Misalnya, seseorang yang memiliki identitas yang kuat dan positif cenderung lebih percaya diri dan asertif dalam hubungan mereka. Sebaliknya, seseorang yang memiliki identitas yang lemah atau negatif mungkin mengalami kesulitan membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat. Identitas juga dapat memengaruhi pilihan kita tentang siapa yang kita ajak berteman, siapa yang kita kencani, dan siapa yang kita percayai. Identitas dan Kelompok SosialIdentitas juga terkait erat dengan kelompok sosial tempat kita berpartisipasi. Kita sering mengidentifikasi diri kita dengan kelompok tertentu berdasarkan faktor-faktor seperti ras, agama, gender, atau minat bersama. Keanggotaan kelompok ini dapat memberikan rasa identitas dan kepunyaan, tetapi juga dapat menyebabkan konflik dan diskriminasi. Misalnya, seseorang yang mengidentifikasi diri dengan kelompok minoritas tertentu mungkin mengalami prasangka dan diskriminasi dari kelompok mayoritas. Identitas dan Perkembangan HubunganIdentitas memainkan peran penting dalam perkembangan hubungan. Saat kita bertemu orang baru, kita mencoba memahami identitas mereka dan bagaimana hal itu sesuai dengan identitas kita sendiri. Jika kita menemukan kesamaan dalam identitas kita, kita cenderung membangun hubungan yang lebih kuat. Sebaliknya, jika kita menemukan perbedaan yang signifikan dalam identitas kita, kita mungkin mengalami kesulitan membangun hubungan yang berarti. KesimpulanIdentitas adalah konsep yang kompleks dan dinamis yang memainkan peran penting dalam membentuk hubungan sosial. Cara kita melihat diri kita sendiri memengaruhi cara kita berinteraksi dengan orang lain, pilihan kita tentang siapa yang kita ajak berteman, dan bagaimana kita membangun dan mempertahankan hubungan. Memahami identitas kita sendiri dan identitas orang lain dapat membantu kita membangun hubungan yang lebih kuat dan lebih memuaskan.

Esai Populer

Fungsi Bahasa dalam Komunikasi

Pengantar Statistik

Opo Jenenge

Tujuan Organisasi Sosial

Apa itu Dompet?

Bagaimana Terjadinya Gempa Bumi

Rumus Trapesium

Pengertian Bioteknologi

Inna Sholati Wanusuki Wamahyaya Wamamati Lillahi Robbil Alamin

Gambar Lapangan Rounders

opinia-logo

Kompasiana Logo

  • kilas balik
  • Topik Pilihan
  • Menelisik Kecenderungan Bunuh Diri Dokter Spesialis
  • Alasan Meningkatnya Depresi di Kalangan Mahasiswa Kedokteran
  • Bayangan Kelam Mahasiswa PPDS
  • 5 Sumber Perundungan Calon Dokter Spesialis
  • Jessica (Akhirnya) Bebas
  • Bersiap Hadapi Gempa Megathrust

Guru di Era Digital

Guru di Era Digital

Keamanan Siber di Era Digital

Keamanan Siber di Era Digital

Mendidik Anak di Era Digital

Mendidik Anak di Era Digital

Transformasi Kepemimpinan di Era Digital

Transformasi Kepemimpinan di Era Digital

Judi Online di Indonesia, Jerat Tersembunyi di Era Digital

Judi Online di Indonesia, Jerat Tersembunyi di Era Digital

Menjangkau Keluarga di Era Digital

Menjangkau Keluarga di Era Digital

Maulidia Cahayaning Putri

Mahasiswa semester awal yang sering berimajinasi dalam sebuah tulisan

Selanjutnya

Essay: Mulai Terkikisnya Budaya Indonesia di Era Digital

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mulai Terkikisnya Budaya Indonesia Di Era Digital

Oleh: Maulidia Cahayaning Putri

Seberapa banyak kamu mengenal Indonesia? Negara yang di dalamnya terdapat beragam budaya . Indonesia merupakan sebuah Negara kepulauan yang memiliki 34 provinsi yang mana di dalamnya memiliki berbagai macam budaya yang berbeda di setiap daerah. Itulah yang membuktikan bahwa Indonesia kaya akan budaya. Seperti yang kita tahu, Indonesia memiliki banyak suku, ras, agama yang berbeda-beda dari sabang sampai merauke. Banyaknya perbedaan itulah yang membuat Indonesia terkenal sampai ke penjuru dunia.

Namun, pada zaman sekarang ini terutama memasuki abad ke-21 yang di mana perkembangan teknologi semakin meningkat terutama dalam hal telekomunikasi dan informasi, kebudayaan Indonesia seakan semakin hilang ditelan perdaban. Meskipun menurut UU No. 8 tahun 2002, pada hakekatnya tujuan dari pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka membangun peradaban bangsa. 

Untuk lebih detailnya kita tahu bahwa tujuan utama IPTEK adalah perubahan kehidupan masa depan manusia yang lebih baik, mudah, murah, cepat dan aman. 

Perkembangan IPTEK terutama teknologi informasi seperti internet sangat memudahkan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya dalam waktu singkat. Sehingga tidak sedikit manusia pada zaman sekarang lebih menyukai mempelajari inovasi-inovasi digitalisasi dibandingkan mempelajari budayanya sendiri.

Semakin berkembangnya teknologi, maka semakin banyak produk digital yang sekarang ini mulai menyebar di masyarakat. Tidak hanya produk digital berupa media sosial seperti FB, twitter, instagram, dll. Tetapi mulai munculnya telepon genggam yang semakin hari semakin berinovasi menjadi lebih canggih. Hal itu semakin memudahkan masyarakat untuk bertukar kabar melalui chatting , telepon, bahkan video call . Produk-produk digital juga cenderung menjadikan masyarakat Indonesia melupakan budayanya sendiri.

Walaupun begitu, kita tidak bisa menuntut untuk menghapus digitalisasi yang sudah menyebar di masyarakat Indonesia. Tetapi hal tersebut bukan berarti bahwa generasi zaman sekarang akan kehilangan seluruh jati diri sebagai bangsa yang kaya akan budaya.

Melihat budaya Indonesia yang semakin hari semakin asing untuk bangsanya sendiri, kita sebagai generasi zaman sekaranglah yang harus bisa menyeimbangkan antara budaya lokal dengan budaya digital. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk melestarikan budaya Indonesia di tengah era digital . 

Seperti halnya kita bisa memanfaatkan  media sosial yang sering kita gunakan hampir setiap harinya untuk mengedukasi atau menyebarkan pengetahuan tentang budaya kita sendiri kepada masyarakat umum khususnya penggiat media sosial. Kemudian tanamkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Atau bisa dengan menggunakan telepon genggam kita sebagai sarana untuk memperdalam nilai-nilai budaya Indonesia.

Jadi, dengan begitu kita bisa menyeimbangkan budaya Indonesia dengan budaya digitalisasi yang semakin menyebar pada saat ini. Adanya budaya digitalisasi ini juga bisa menjadikan kita sebagai orang yang memperkenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat baik di dalam maupun luar negeri. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budayanya.

essay tentang era digital

kebudayaan indonesia

Media sosial, digitalisasi, era digital, ilmusosbudagama, ilmu sosbud agama, ruang kelas, tugas di kompasiana, tdk periode 1, artikel lainnya.

essay tentang era digital

LAPORKAN KONTEN

Academia.edu no longer supports Internet Explorer.

To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to  upgrade your browser .

Enter the email address you signed up with and we'll email you a reset link.

  • We're Hiring!
  • Help Center

paper cover thumbnail

Peran Mahasiswa Di Era Digital Sebagai Iron Stock Menuju Generasi Emas 2045

Profile image of BEM FEB UNEJ

2021, Esai PPMB FEB UNEJ: Makutharama

Related Papers

Y Rimaliana

essay tentang era digital

Amirul Mukmin

Abstrak: Berdasarkan survei yang diadakan Centre For Strategic and international studies rilis dan konferensi pers "Survei Nasional CSIS 2017" di Jakarta pada 02 Novemver 2017 dengan jumlah respon 600 sampel dengan pengumpulan data menggunakan wawancara tatap muka di 34 provinsi Indonesia yang memamaparkan hasil riset bahwa mahasiswa milenial terdapat 94,8% mereka optimis akan masa depan mereka yang berkaitan dengan kemajuan di dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang terus di sesuaikan dengan berbagai macam perubahan globalisasi semakin dapat meningkatkan suatu pola pikir yang terdapat pada mahasiswa milenial demi terciptanya indonesia maju. Peran mahasiswa di sini tak hanya sekedar menjadi pelaku pasif namun perlu menjadi pelaku aktif yang masuk di dunia pendidikan. Mahasiwa milenial yang dapat memberikan sebuah perubahan guna menjadikan indonesia menjadi lebih baik lagi. Berdasarkan peringkat pendidikan di dunia. Indonesia jauh tertinggal dari negara Malaysia dan Bruei ...

Atmarita Atmarita

this is policy brief for Indonesian condition to reach human resources who are qualified in the fuiure (2045). explaining problems and the fact now and how to recover from recent condition

Noviana Sastra Dewi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di abad ini membawa perubahan yang besar terhadap tatanan kehidupan manusia. Kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu memberikan banyak dampak bagi segala aspek dalam kehidupan manusia. Dampak yang bisa dirasakan yaitu adanya kemudahan dalam mendapatkan berbagai hal seperti kemudahan mendapatkan informasi, kemudahan dalam berkomunikasi hingga kemudahan dalam melakukan transaksi. Sumbangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia memang tidak dapat dipungkiri. Selain memberikan dampak positif seperti kemudahan dan kenyamanan bagi manusia, perkembangan teknologi pun dapat membawa masalah dan kesengsaraan bagi kehidupan manusia. Penggunaan teknologi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan banyak masalah seperti manusia yang semakin individualis, interaksi sosial yang kurang, hingga dapat menyebabkan semakin mengikisnya moral dan karakter seseorang. Mengikisnya moral dan karakter seseorang dapat dilihat dari berbagai kasus yang sering muncul seperti maraknya aksi perundungan yang terjadi di beberapa wilayaj menunjukkan karakter seseorang di era saat ini sangat kurang. Mengantisipasi hal tersebut, pendidikan merupakan salah satu jalan utama untuk membentuk karakter seseorang. Pendidikan tidak hanya membekali siswa untuk memperoleh hal dalam bidang pengetahuan, namun juga membekali siswa untuk memiliki sikap dan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai luhu bangsa Indonesia. Pengembangan penguatan pendidikan karakter merupakan salah satu usaha untuk membentuk kembali moral dan karakter siswa di tengah perkembangan era digital saat ini. Pendidikan karakter perlu ditekankan guna mewujudkan generasi emas di era digital ini.

Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah Guru

Erna Pujiasih

Pendidikan merupakan dasar dari kemajuan pembangunan bangsa. Siswa sebagai generasi emas dipersiapkan untuk masa depan. Guru merupakan kunci utama keberhasilan untuk menghasilkan generasi emas Indonesia tahun 2045 yang bermutu dan berkualitas. Negara menghadapi wabah yang sedang terjadi yaitu pandemi COVID-19. Karena situasi demikian maka pemerintah menerapkan pembelajaran secara online dimana siswa belajar di rumah untuk menghindari terpaparnya COVID-19. Tujuan tulisan ini untuk memberikan inspirasi guru dalam menerapkan model pembelajaran online agar siswa tetap mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Untuk mengaplikasikannya maka diperlukan pembelajaran yang bervariasi agar siswa bersemangat dalam belajar. Pembelajaran online tersebut dapat dilakukan dengan cara virtual, berkelompok untuk berdiskusi, pemberian materi dalam bentuk video, rekaman, powerpoint, modul, lembar belajar, permainan dengan game quizizz dan penilaian secara online. Berdasarkan data kuesioner 322 siswa...

Deni Martin

Kuliah di mana, jurusan kuliah apa selalu menjadi pertanyaan sulit bagi para calon mahasiswa, apalagi di zaman teknologi canggih seperti sekarang. Perkara memilih jurusan apa mungkin sedikit berubah dibandingkan dengan jaman dahulu.

Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Antonius Remigius Abi

ridwan iskandar

The quality of a society has a strategic relationship with the world of education, primary school world, because in it there is a genuine effort on education to prepare the next generation of skilled and have the sciences with based on faith and piety to God Almighty in a broad context. Generation question is "golden generation" which is the connotation on future expectations about the presence of generations Indonesia genius and excelled in all fields of science and technology in the year 2045 to build the Homeland be a great nation, strong, and sovereign in the eyes of the world. Poverty appears logical golden generation is conscious and deliberate efforts are made through education and should be guided by the values of Pancasila as an ideology. Indonesian golden generation is the generation of genius, superior and Pancasila.

Jurnal Abdi Insani

Sudadi Pranata

Manusia mengalami transformasi besar-besaran dan meluncurkan diri ke dalam pendekatan masyarakat yang sepenuhnya modern dan digital. Namun di sisi lain terdapat ancaman dalam kemajuan penerapan teknologi digital ini. Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah memberikan edukasi mengenai peluang dan tantangan bagi mahasiswa dalam menghadapi perubahan jaman di Era Transformasi Digital Society 5.0. Kegiatan Pengabdian ini dilakukan melalui web seminar karena saat kondisi pandemi Covid-19. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Universitas Catur Insan Cendekia dan Relawan TIK Kota Cirebon. Kegiatan ini diikuti oleh dosen dan mahasiswa dari Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Metode pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari beberapa tahap yakni tahap perencanaan, penyampaian materi dan diskusi serta diskusi online lanjutan. Berdasarkan masukan yang diperoleh dari peserta, kegiatan ini sangat bermanfaat bagi peserta serta memotivasi peserta untuk meningkatkan kompetensi yang h...

Info Bibliotheca: Jurnal Perpustakaan dan Ilmu Informasi

Endang Mannan

Digital technology is developing very rapidly and touching all sectors of life, including the world of education. Efforts to improve the digital skills of the community, especially the younger generation, have begun to minimize negative content that has flooded the digital space. The Covid-19 pandemic The COVID-19 pandemic has accelerated digital transformation in Indonesia. This study aims to describe and measure the level of digital literacy among vocational students in the pandemic era. The research method used is descriptive quantitative. The object that became the research target were all active students of the Vocational Faculty, Airlangga University. The sampling method in this study used purposive random sampling. Data collection in this study used a survey method through the distribution of questionnaires. The data extracted to determine the level of digital literacy of students includes technology, ethics and cognitive. The data obtained were then analyzed using SPSS versi...

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

RELATED PAPERS

TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan

Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia

Penelitian Dosen

Heriyanto Lim

Fathimah Azzahra

Nur Setiyani

Jurnal Ekonomi Manajemen

Widhian Hardiyanti

Hasvika Saviela

Tidak Diterbitkan

Zahid Zufar At Thaariq

JIATAX (Journal of Islamic Accounting and Tax)

Ridho Anugrah

Andi Fitriani Djollong

Society : Jurnal Pengabdian Masyarakat

Ansar Suherman

Andry Prasetyo

Kucing Sayu

JPEKBM (Jurnal Pendidikan Ekonomi, Kewirausahaan, Bisnis dan Manajemen)

agus prianto

Jurnal Himasapta

Rahul Gonzales

Muhammad Fathurrahman

Jurnal Apresiasi Ekonomi

Dorris Yadewani

Winda Dewi Listyasari

JPG: Jurnal Pendidikan Guru

Frezy Paputungan

Catimore: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat

Syafridha Yanti

Jurnal Ketenagakerjaan

Feisal Sinaga

Nicholas Yamahoki

KRISNA: Kumpulan Riset Akuntansi

Azizah Hasna

RELATED TOPICS

  •   We're Hiring!
  •   Help Center
  • Find new research papers in:
  • Health Sciences
  • Earth Sciences
  • Cognitive Science
  • Mathematics
  • Computer Science
  • Academia ©2024
  • Now Trending:
  • UKM Protokol Bumi Siliwa...
  • Program Studi Bimbingan ...
  • 79 Tahun Kemerdekaan Rep...
  • Resimen Mahasiswa Mahawa...

TRANSFORMASI DIGITAL MENUJU ERA DIGITAL SOCIETY SEBAGAI AKSELERASI KEBANGKITAN EKONOMI NASIONAL

Hari ini kita telah memasuki era digital, yang ditandai oleh pergeseran besar ( big shifting ) dari teknologi mekanik dan analog kepada teknologi digital, yang sejatinya sudah dimulai sejak tahun 1980an. Don Tapscott (1996) menyebutkan karakter perubahan ke arah digitalisasi, dimana ekonomi dunia telah bergeser dari masyarakat industri yang berbasis pada baja, kendaraan, dan jalan raya, ke arah masyarakat ekonomi baru yang dibentuk oleh silicon, komputer, dan jaringan ( networking ).

Fenomena digitalisasi ini sejatinya terjadi di hampir semua sektor kehidupan manusia, dari mulai sektor bisnis, urusan publik dan pemerintahan, pendidikan, kesehatan, sosial-politik, hingga dalam kehidupan domestik (keluarga). Meskipun demikian, digitalisasi yang terjadi di dunia bisnis telah menjadi enabler dan driver yang mempengaruhi perkembangan digitalisasi di sektor-sektor lainnya. Hal ini wajar, mengingat digitalisasi “setali tiga uang” dengan komersialisme. Digitalisasi berperan memberikan nilai tambah ( added value ) bagi organisasi-organisasi bisnis untuk menghasilkan kinerja yang lebih efektif, efisien, cepat dan lincah ( agile ).

Dalam pemahaman praktis, digitalisasi merupakan penggunaan teknologi digital dan data untuk menciptakan pendapatan, meningkatkan bisnis, mengganti/mengubah proses bisnis (tidak hanya mendigitalkannya) dan menciptakan ekosistem untuk bisnis digital (Schallmo & Williams, 2018).

Sementara itu, McKinsey (2015) menyebutkan bahwa istilah “digital” sesungguhnya dapat dipecah menjadi tiga fungsi utama bagi dunia bisnis, yakni:

  • Menciptakan nilai tambah bagi dunia bisnis
  • Mengoptimalkan proses bisnis yang secara langsung berpengaruh terhadap pengalaman pelanggan
  • Membangun kemampuan dasar yang mendukung inisiasi bisnis.

Selanjutnya McKinsey (2015) menjelaskan bahwa digitalisasi berhubungan dengan proses teknologi dan organisasi yang memungkinkan perusahaan menjadi lebih gesit dan cepat. Pondasi tersebut terdiri dari dua elemen:

  • Pola Pikir.

Digitalisasi sesungguhnya adalah tentang bagaimana organisasi menggunakan data untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih cepat, menyerahkan pengambilan keputusan kepada tim yang lebih kecil, dan mengembangkan cara yang lebih cepat dalam melakukan pekerjaan. Untuk bisa bekerja dengan lebih cepat, dibutukan sebuah “pola pikir digital” yang mendukung kolaborasi lintas fungsi, meratakan hierarki, dan membangun ekosistem untuk mendorong tumbuhkembangnya ide-ide baru.

  • Arsitektur Sistem dan Data.

Digitalisasi adalah penerapan teknologi informasi yang difokuskan untuk mendukung fungsi sistem dan data dalam konteks pelayanan organisasi kepada pelanggan, dimana ia berguna untuk membangun jaringan yang menghubungkan perangkat, objek, dan orang.

Revolusi Industri 4.0

Sebelum kita membahas transformasi digital, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu tentang background yang mendasari kemunculan digitalisasi. Sejatinya, digitalisasi merupakan pencapaian yang dihasilkan dari proses industrialisasi yang berkembang tahap demi tahap, dari mulai revolusi industri pertama, kedua, ketiga hingga keempat. Pada revolusi industri keempat inilah, teknologi digital berkembang dengan pesat.

Menurut Deguchi et al (2020), revolusi industri pertama dimulai di Inggris pada abad ke-18 yang didorong oleh mekanisasi peralatan manufaktur. Mesin bertenaga air dan uap memungkinkan lompatan produktivitas di industri tekstil dan industri lainnya.

Revolusi industri kedua dimulai sekitar pergantian abad ke-20, dimana ini melibatkan produksi massal berdasarkan pembagian kerja. Produsen beralih ke tenaga listrik yang dihasilkan bahan bakar fosil, dan pabrik menjadi jauh lebih besar. Revolusi industri kedua ini dicontohkan oleh produksi mobil Ford Motor Company.

Revolusi industri ketiga , yang dimulai pada 1970-an, melibatkan teknologi elektronik. Di tahap ini, produsen menggunakan teknologi robot untuk mengotomatisasi beberapa proses manufaktur, dan akibatnya mencapai lompatan yang signifikan dalam produktivitas. Selama waktu inilah manufaktur Jepang menjadi terkenal di seluruh dunia.

Adapun revolusi industri keempat (4.0) ditandai dengan aktivitas menciptakan siklus data-informasi-pengetahuan, di mana segala macam data dikumpulkan dan dibagikan di antara berbagai bidang dan organisasi. Industri 4.0 menggunakan data dengan cara yang melampaui kerangka kerja manufaktur tradisional.

Di tahap ini, produsen mengumpulkan data setelah produk dijual. Praktik ini memungkinkan produsen untuk mengidentifikasi kebutuhan laten dari Big Data klien dan memperkuat jaringan nilai mereka, sehingga menciptakan peluang bisnis baru. Selain itu dalam era Industri 4.0 ini, nilai tambah diciptakan melalui kustomisasi massal dengan bantuan artificial intelligence (AI).

Di tahap ini pula, kemudian muncullah apa yang kita kenal dengan revolusi digital. Revolusi digital ini didorong oleh empat jenis teknologi yang telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir untuk meningkatkan dampaknya terhadap ekonomi (McKinsey, 2016):

  • Internet Seluler: Perangkat seluler telah mengambil alih perangkat saluran tetap sebagai gerbang utama yang digunakan orang untuk mengakses Internet. Di seluruh dunia, 60 persen dari semua lalu lintas online sekarang berasal dari perangkat seluler.
  • Teknologi cloud: Koneksi yang lebih murah dan lebih cepat melalui Internet telah memungkinkan lebih banyak daya komputasi untuk diakses dari jarak jauh. Pada tahun 2014, untuk pertama kalinya lebih banyak beban kerja informasi diproses melalui cloud daripada di ruang TI tradisional.
  • Internet of Things (IoT): Pada tahun 2015, ada 18,2 miliar perangkat yang terhubung ke Internet. Pada tahun 2020, jumlah ini diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat, menjadi 50 miliar. Sensor dan aktuator yang lebih murah serta koneksi internet yang lebih cepat dan andal mendorong lebih banyak perangkat yang terhubung dan dikendalikan dari jarak jauh dan meluncurkan model bisnis dan operasi baru, termasuk produk inovatif seperti mobil tanpa pengemudi dan rumah pintar.
  • Big data dan advanced analytics: Pada tahun 2016, lalu lintas internet mencapai 1 zetabyte atau setara dengan 1 triliun gigabyte. Objek sehari-hari mentransmisikan informasi setiap detik dari operasinya, dan komputer dengan daya analitik canggih meningkatkan pengambilan keputusan manusia dan melepaskan kekuatan data besar untuk mengoptimalkan rantai pasokan dan proses bisnis di berbagai sektor mulai dari perawatan kesehatan dan ritel hingga energi dan pertambangan.

Gambar di bawah ini adalah revolusi digital yang terjadi di Indonesia:

Transformasi Digital

Dalam pemahaman sederhana, transformasi digital adalah proses menjadi perusahaan digital, yakni organisasi yang menggunakan teknologi dalam mengembangkan model bisnisnya. Transformasi digital juga dapat dimaknai sebagai integrasi teknologi digital ke dalam semua bidang bisnis, yang secara fundamental mengubah cara organisasi beroperasi dan memberikan nilai kepada pelanggan.

Setidaknya ada 3 unsur yang terlibat dalam proses transformasi digital, yakni:

Dalam hal ini transformasi digital menuntut perusahaan untuk meninjau kembali model bisnis mereka, berfokus pada pengalaman pelanggan, memikirkan kembali merek, dan mengungkap peluang baru melalui inovasi yang cepat.

Dalam hal ini transformasi digital menuntut perusahaan untuk menyesuaikan budaya organisasi, memperkenalkan cara kerja baru, dan membangun kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan era digital.

Dalam hal ini transformasi digital menuntut penerapan teknologi baru serta keterampilan yang melibatkan ekstraksi dan pertukaran data serta analisis dan konversi data menjadi informasi. Informasi tersebut digunakan sebagai input dalam proses pengambilan keputusan dan/atau memulai kegiatan yang meningkatkan kinerja dan jangkauan perusahaan.

Menurut Skog (2019), digitalisasi yang luas akan mengubah lingkungan bisnis dan teknologi, menghadirkan peluang dan tantangan bagi setiap organisasi untuk berubah. Ketika lingkungan bisnis menjadi jauh lebih dinamis dan menghasilkan kondisi yang terus berubah, organisasi harus dapat memanfaatkan peluang dan melindungi diri dari ancaman kompetitor. Di sinilah transformasi digital berperan bagi organisasi bisnis.

Menurut Osmundsen et al (2018), ada 4 faktor pendorong terjadinya transformasi digitial. Faktor-faktor tersebut adalah:

  • Perubahan regulasi
  • Perubahan lanskap persaingan
  • Pergeseran/perubahan industri secara luas ke bentuk digital
  • Perubahan perilaku dan harapan konsumen.

Tren transformasi digital yang terjadi di seluruh dunia termasuk Indonesia saat ini tampaknya sudah tidak dapat dihentikan dan secara drastis mengubah perilaku masyarakat termasuk kehidupan pribadi, administrasi publik, struktur industri dan lapangan kerja. Tren ini tentunya dapat berdampak positif terhadap akselerasi kemajuan ekonomi Indonesia, namun yang paling penting adalah bahwa digitalisasi tersebut dapat membantu masyarakat dan bangsa ini bertahan ( survive ) dalam situasi kritis akibat pandemi covid-19.

Menurut World Economic Forum (2018), perkembangan teknologi digital dapat berkontribusi terhadap kemajuan masyarakat sebuah bangsa dengan melahirkan masyarakat digital ( digital society ). Dalam hal ini, teknologi dapat membawa manfaat dengan mendorong standar hidup yang lebih tinggi dan menyediakan kenyamanan hidup yang lebih baik bagi masyarakat. Akan tetapi, teknologi digital juga memiliki efek negatif, terutama dampaknya terhadap pekerjaan, kesenjangan yang semakin besar, dan distribusi kekayaan dan informasi yang salah.

Setiawan (2017) menyebutkan dampak positif dan negatif dari perkembangan teknologi digital. Adapun dampak positif dari era digital antara lain:

  • Informasi yang dibutuhkan dapat lebih cepat dan lebih mudah dalam mengaksesnya.
  • Tumbuhnya inovasi dalam berbagai bidang yang berorentasi pada teknologi digital yang memudahkan proses dalam pekerjaan kita.
  • Munculnya media massa berbasis digital, khususnya media elektronik sebagai sumber pengetahuan dan informasi masyarakat.
  • Meningkatnya kualitas sumber daya manusia melalui pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
  • Munculnya berbagai sumber belajar seperti perpustakaan online, media pembelajaran online, diskusi online yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
  • Munculnya e-bisnis seperti toko online yang menyediakan berbagai barang kebutuhan dan memudahkan mendapatkannya.

Adapun dampak negatif dari digitalisasi yanga harus diantisapasi antara lain:

  • Ancaman pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) karena akses data yang mudah dan menyebabkan orang plagiatis akan melakukan kecurangan.
  • Ancaman terjadinya pikiran pintas dimana anak-anak seperti terlatih untuk berpikir pendek dan kurang konsentrasi.
  • Ancaman penyalahgunaan pengetahuan untuk melakukan tindak pidana seperti menerobos sistem perbankan, dan lain-lain (menurunnya moralitas).
  • Tidak mengefektifkan teknologi informasi sebagai media atau sarana belajar, misalnya seperti selain men-download e-book, tetapi juga mencetaknya, tidak hanya mengunjungi perpustakaan digital, tetapi juga masih mengunjungi gedung perpustakaan, dan lain-lain.

Meskipun demikian, dampak positif atau negatif tersebut ditentukan oleh diri kita masing-masing, bagaimana kita memperlakukan teknologi tersebut. Oleh karena itu, sebagai penyeimbang dari kemajuan teknologi digital yang terjadi dalam beberapa dekade terahir, Jepang mengeluarkan gagasan yang disebut dengan Society 5.0.

Apa Itu Society 5.0?

Dalam laporan terbarunya yang dikeluarkan pada November 2018, Keidanren (Federasi Bisnis Jepang) mendefinisikan ulang konsep Society 5.0 sebagai “Masyarakat Imajinasi”. Dalam hal ini, setiap orang diharapkan dapat melatih imajinasi mereka untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan tantangan yang ada serta skenario untuk menyelesaikannya secara kreatif melalui pemanfaatan teknologi dan data digital.

Jadi, konsep Society 5.0 ini adalah “jalan tengah” atau penggabungan antara transformasi digital dengan imajinasi dan kreativitas manusia untuk menghasilkan “pemecahan masalah” dan “penciptaan nilai” yang membawa dunia ini kearah pembangunan yang berkelanjutan ( sustainable development ).

Dalam Society 5.0, setiap anggota masyarakat dibebaskan dari berbagai kendala yang tidak dapat diatasi dan tetap akan memperoleh kebebasan untuk mengejar gaya hidup dan nilai yang beragam. Konsep ini menekankan pada pemenuhan kebutuhan individu, pemecahan masalah dan penciptaan nilai. Setiap anggota masyarakat akan hidup, belajar dan bekerja, bebas dari penindasan terhadap individualitas, seperti diskriminasi berdasarkan jenis kelamin, ras, kebangsaan, dan lain-lain.

Konsep society 5.0 juga menekankan kebebasan setiap orang dari disparitas yang disebabkan oleh konsentrasi kekayaan dan informasi. Siapapun akan bisa mendapatkan kesempatan untuk berperan dalam kehidupan sosial dan ekonomi kapan saja dan di mana saja. Masyarakat juga dibebaskan dari sumber daya dan kendala lingkungan, dan dapat menjalani kehidupan yang berkelanjutan di wilayah mana pun.

Pentingnya Literasi Digital

Perkembangan digitalisasi dalam dunia bisnis maupun dalam ruang lingkup yang lebih luas/umum, haruslah dibarengi dengan kemampuan literasi digital. Literasi digital ini merupakan isu yang sangat penting terutama di Indonesia, dimana kesenjangan digital masih terjadi mengingat pembangunan dan industrialisasi di tanah air masih belum merata.

Di masyarakat sendiri (bahkan di masyarakat yang tinggal di pulau Jawa), masih sering kita temukan adanya kesenjangan digital. Lee & Hidayat (2019) menjelaskan bahwa konsep kesenjangan digital dimaknai secara luas oleh para peneliti sebagai “ketidaksetaraan dalam keterampilan atau kompetensi dalam penggunaan teknologi”.

Dalam hal ini, tingkat keterampilan yang berbeda menghasilkan variasi dalam cara menggunakan teknologi seperti internet. Untuk mengoptimalkan kegunaannya dan menyasar kebutuhan tertentu, internet harus digunakan secara efektif, bukan hanya tersedia dan dapat diakses secara luas. Jika pengguna tidak dapat menggunakan teknologi secara efektif, maka mereka hanya memiliki akses namun tidak berarti kesenjangan digital telah teratasi.

Menurut Norris (2001, dalam Lee & Hidayat, 2019), negara-negara berkembang mampu meningkatkan pembangunan ekonomi mereka dan meminimalkan kemiskinan dengan bantuan teknologi. Menyediakan akses internet kepada masyarakat yang kurang mampu dan meningkatkan kualitas penggunaan teknologi mereka adalah beberapa cara untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.

Untuk membangun budaya digital yang seimbang dalam masyarakat, penting untuk memastikan bahwa setiap anggota masyarakat dapat memanfaatkan TIK secara produktif dalam kehidupan sehari-hari mereka dan menghasilkan peluang digital untuk dapat terlibat dengan baik dalam konsumsi dan produksi sumber daya sosial.

Sebagai contoh dalam dunia pendidikan, teknologi digital tidak hanya memfasilitasi pembelajaran online tetapi juga dapat memainkan peran penting dalam berbagi sumber daya, misalnya dengan menghubungkan mereka yang membutuhkan sumber daya (demand) dengan mereka yang memiliki sumber daya (supply).

Digitalisasi di Indonesia telah memainkan peran utama dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, Indonesia kini menjadi negara berkembang dalam hal konsumsi media digital. Berikut ini adalah statistik digital Indonesia (We Are Social, 2021):

  • Penduduk Indonesia
  • Indonesia memiliki populasi 274,9 juta pada Januari 2021.
  • Populasi Indonesia meningkat sebesar 2,9 juta (+1,1%) antara Januari 2020 dan Januari 2021.
  • 49,7% penduduk Indonesia adalah perempuan, sedangkan 50,3% penduduknya adalah laki-laki
  • 57,0% penduduk Indonesia tinggal di pusat kota, sementara 43,0% tinggal di pedesaan.
  • Pengguna internet di Indonesia
  • Terdapat 202,6 juta pengguna internet di Indonesia pada Januari 2021.
  • Jumlah pengguna internet di Indonesia meningkat 27 juta (+16%) antara tahun 2020 dan 2021.
  • Penetrasi internet di Indonesia mencapai 73,7% pada Januari 2021.
  • Statistik media sosial untuk Indonesia
  • Terdapat 170,0 juta pengguna media sosial di Indonesia pada Januari 2021.
  • Jumlah pengguna media sosial di Indonesia meningkat 10 juta (+6,3%) antara tahun 2020 dan 2021.
  • Jumlah pengguna media sosial di Indonesia setara dengan 61,8% dari total populasi pada Januari 2021.

Bahkan menurut riset Google, pada 2025 nilai ekonomi digital di Indonesia diperkirakan mencapai US$ 130 miliar. Jumlah valuasi ini akan menjadikan Indonesia sebagai pasar ekonomi digital terbesar di kawasan Asean.

Gambar: penggunaan internet harian masyarakat Indonesia

Menurut Deloitte (2021), Indonesia memiliki jumlah pengguna Internet terbesar keempat di dunia dan sebagian besarnya adalah Generasi Y (milenial) dan Generasi Z. Kedua generasi ini adalah pendorong utama pertumbuhan ekonomi digital di tanah air.

Persamaan dan perbedaan karakter antara generasi X, Y dan Z dideskripsikan dalam tabel di bawah ini:

 Generasi XGenerasi Y (Milenial)Generasi Z
Tahun kelahiran1961-19801981-19951996-2010
KarakteristikMandiri, lahir dan dibesarkan oleh orang tua babyboomers yang workaholic, efisien, care er-minded, berpe-gang teguh pada prinsip.Optimistik, idealis, individualis, tumbuh besar saat era digital mulai berkembang, mencari pekerjaan yang sesuai passion, mudah bosan.Lahir saat teknologi sedang berkembang pesat, menginginkan segala sesuatu yang serba instan, kurang ambisi untuk bisa sukses, sangat cepat beradaptasi dengan teknologi
Lingkungan kerja yang disukaiJenjang karier yang jelas, suasana kantor yang efisien dan fleksibel, informasi yang jelas mengenai manajemen perusahaanFleksibel, suasana kantor yang kekeluargaan, selalu ada tantangan baru, bekerja sama baik dengan rekanrekan sekantorSaat ini generasi Z umumnya belum bekerja karena masih berusia remaja
Kehidupan sosial mediaSosmed yang digunakan umumnya Facebook dan Twitter. Sosmed digunakan untuk berhubungan dengan kawan lama, sharing sesuatu karena memang berguna atau ingin memberikan informasi bagi yang lain.Sosmed yang digunakan umumnya Facebook, Twitter, dan Instagram. Sharing karena kebutuhan sosial, menggunakan sosmed untuk menunjukkan eksistensi diri.Sosmed yang digunakan umumnya Instagram. Generasi ini punya kredibilitas tersendiri untuk membangun citra diri melalui apa yang dibagikan di sosmed mereka
Pola pikirMasih menghormati birokrasi dan mau mengikuti aturanCenderung idealis, jika ada aturan yang tidak sesuai maka tak ragu ditinggalkan.Cenderung serba instan, malas “ribet” dengan aturan.

Sumber: www.quipper.com (dalam Wijoyo dkk, 2020).

Pertumbuhan E-Commerce

Mengingat besarnya pasar Indonesia dan konsumen yang cerdas secara digital, pasar e-commerce Indonesia telah muncul sebagai yang terbesar di Asia Tenggara, yakni menyumbang hampir 50 persen dari total ukuran pasar di kawasan tersebut.

Perkembangan bisnis e-commerce ini dari hari ke hari semakin pesat selama pandemi covid-19. Di tahun 2020, Indonesia muncul sebagai salah satu pengadopsi e-commerce dan mobile e-commerce tertinggi di kawasan Asia Tenggara.

Gambar: Mobile e-commerce adoption across selected Southeast Asian countries in July and October 2020

Menurut riset yang dilakukan oleh Katadata Insight Center (KIC), generasi Z dan milenial banyak yang menghabiskan gajinya berbelanja di e-commerce. Mereka yang berusia 18-25 tahun (generasi Z) rata-rata memperoleh pendapatan sebesar Rp 4,6 juta per bulan, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai transaksi belanja mereka di  e-commerce  sebesar 5,4% dari pendapatan bulanan tersebut. Sementara kelompok usia 26-35 tahun (generasi milenial) rata-rata memiliki pendapatan yang lebih besar, yakni Rp 5,7 juta per bulan, dimana rata-rata pendapatan yang dibelanjakan di  e-commerce  sebesar 5,2%.

Bank Indonesia melihat peningkatan signifikan dalam jumlah transaksi e-commerce di Indonesia di masa pandemi covid-19. Berdasarkan data bulan Maret 2020, seiring dengan dimulainya aturan physical distancing yang diterapkan oleh pemerintah, transaksi e-commerce meningkat 18,1% menjadi 98,3 juta transaksi, dan total nilai transaksi meningkat 9,9% menjadi US$ 1,4 miliar.

Dalam keadaan normal, pertumbuhan besar-besaran ini bisa memakan waktu 1,5 hingga 2 tahun. Dengan keadaan pandemi yang membatasi orang keluar untuk menghindari ancaman infeksi, masyarakat lebih sering mengakses e-commerce sebagai alternatif yang lebih aman untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Pengabdian Masyarakat

Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional Pasal 20. Penelitian di perguruan tinggi diarahkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa seperti dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 45 dan 46.

Perguruan Tinggi berkewajiban menyelengarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat disamping melaksanakan penididikan sebagaimana diamanahkan dalam undang-undang:

  • UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
  • UU No 12 Tahun 2012 Tentang SNPT: “Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Perguruan tinggi diarahkan untuk mengembangkan IPTEK serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat
  • Permen Ristek Dikti No 44 Tahun 2015 Tentang SNPT: “Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang meliputi Standar Pendidikan Nasional, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat”
  • Permen Ristek Dikti No 13 Tahun 2015 Tentang RENSTRA : “Perguruan tinggi dituntun untuk dapat menghasilkan inovasi yang dapat menghasilkan inovasi yang dapat memberikan manfaat ekonomis bagi masyarakat secara luas”

Pengabdian kepada masyarakat merupakan kegiatan sivitas akademika dalam mengamalkan dan membudayakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa (Ristekdikti, 2016).

Skema pengabdian masyarakat adalah sebagai berikut:

Contoh kegiatan pengabdian masyarakat dengan memberikan pelatihan digital marketing:

Lee, J. Y. & Hidayat, D. N. (2019). Digital technology for Indonesia’s young people; The significance of SNS use and digital literacy for learning . Medien Pädagogik 35, (October), 20–35

Osmundsen, K., Iden, J. & Bygstad, B. (2018). Digital Transformation: Drivers, Success Factors, and Implications . Mediterr. Conf. Inf. Syst. Proc., vol. 12, pp. 1–15.

Schallmo, D. R. A. & Williams, C. A. (2018). Digital Transformation Now! Guiding the Successful Digitalization of Your Business Model. Switzerland: Springer

Setiawan, W. (2017). Era Digital dan Tantangannya . Seminar Nasional Pendidikan 2017

Skog, D. A. (2019). The Dynamics of Digital Transformation; The Role of Digital Innovation, Ecosystems and Logics in Fundamental Organizational Change . Swedia: Umeå University

Tapscott, Don. 1996. The Digital Economy Era: Promise and Peril in the Age of Networked Intelligence . New York: McGraw Hill.

Wijoyo dkk. (2020). GENERASI Z & REVOLUSI INDUSTRI 4.0. Banyumas. Penerbit CV Pena Persada

World Economic Forum. (2018). Our Shared Digital Future; Building an Inclusive, Trustworthy and Sustainable Digital Society. Insight Report. Switzerland: World Economic Forum

Sumber Lain:

PANDUAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT EDISI XIII TAHUN 2020

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/06/09/gaji-generasi-z-dan-milenial-banyak-dibelanjakan-di-e-commerce

https://www.mckinsey.com/industries/technology-media-and-telecommunications/our-insights/what-digital-really-means#

https://www.beritasatu.com/digital/755595/ini-strategi-kemkominfo-dorong-percepatan-digitalisasi-di-indonesia

https://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/id/Documents/about-deloitte/id-about-dip-edition-2-chapter-4-en-feb2021.pdf

https://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/za/Documents/digital/za-Deloitte-Digital-Digital-Transformation-v3.pdf

Related Posts

essay tentang era digital

Tito Edy Priandono

  • ARSIP MEDIA CETAK
  • Tentang Berita UPI

Peran Mahasiswa sebagai Agen Perubahan di Era Digital

essay tentang era digital

Ilustrasi kemudahan digital saat ini (behance.net)

Kampus ITS, Opini – Pada era digital yang terus berkembang pesat, mahasiswa memainkan peran kunci dalam memanfaatkan peluang dan menghadapi tantangan yang ditawarkan oleh perubahan tersebut. Dalam lanskap yang terhubung ini, mahasiswa memiliki kesempatan besar untuk menemukan keberhasilan di tengah perubahan dan perkembangan zaman ini.

Mengutip dari datareportal.com, pemanfaatan internet dan teknologi digital tumbuh signifikan hingga April 2023 lalu. Pada beberapa sektor, seperti penetrasi internet, penggunaan smartphone , dan adopsi media sosial, angka optimalisasi digital telah mencatat pertumbuhan yang mengesankan. Hal ini menunjukkan bahwa internet telah merangkul dan menyatukan banyak orang dan budayanya.

essay tentang era digital

Overview beberapa aspek digitalisasi di dunia (datareportal.com/)

Dalam era ini, mahasiswa sebagai generasi digital native memiliki keunggulan dalam memahami dan mengadopsi teknologi baru dengan cepat. Mereka mampu memanfaatkan kemajuan digital untuk mengembangkan keterampilan, menjalin koneksi, dan mengakses informasi secara lebih efisien. Mengingat, internet telah mengubah cara hidup, bekerja, dan berinteraksi satu sama lain saat ini.

Lebih lanjut, mahasiswa dapat menjadi agen perubahan yang aktif dalam menciptakan inovasi dan solusi baru dalam dunia digitalisasi yang terus berkembang ini. Mereka memiliki potensi untuk mengubah paradigma bisnis tradisional dan menciptakan peluang baru yang belum pernah ada sebelumnya. Sehingga potensinya perlu diwujudkan.

Peran mahasiswa dalam digitalisasi tidak hanya terbatas pada penggunaan teknologi, tetapi juga mencakup potensi untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Mahasiswa dapat mengambil peran aktif dalam mengatasi kesenjangan digital dengan menginisiasi program-program pelatihan digital bagi masyarakat sekitar, tanpa terkecuali.

Misalnya saja kampanye #MeToo yang terjadi pada 2017 lalu. Kampanye ini menjadi salah satu gerakan sosial terbesar dalam sejarah dengan tujuan untuk mengungkapkan dan mengatasi isu pelecehan seksual yang terjadi di berbagai lapisan masyarakat. Melalui media sosial, para mahasiswa dan pemuda berpartisipasi dengan membagikan pengalaman pribadi, memberikan dukungan, dan mengadvokasi perubahan.

Melalui keberanian mereka untuk berbicara dan mendukung satu sama lain, kampanye #MeToo berhasil mengguncang tatanan sosial, memicu perubahan budaya, dan membangun kesadaran tentang isu pelecehan seksual di seluruh dunia. Peran para mahasiswa dan pemuda dalam kampanye ini memberikan bukti nyata tentang cara mereka menciptakan kekuatan dalam membawa perubahan sosial yang signifikan.

Meskipun banyak sejarah baik tentang pemanfaatan internet di Indonesia, nyatanya masih terdapat ketimpangan yang besar dalam penggunaannya di setiap wilayah Indonesia. Hal tersebut didukung dengan hasil survei The Economist’s Inclusive Internet Index 2020 oleh Facebook yang dilakukan di 100 negara yang menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat 63 secara keseluruhan dalam hal akses internet.

Mengetahui hal tersebut, mahasiswa justru diharapkan dapat mengembangkan solusi progresif dalam mengatasi masalah ini. Mereka dapat berkontribusi dalam meningkatkan aksesibilitas internet di wilayah-wilayah terpencil melalui berbagai inisiatif, seperti membangun infrastruktur internet yang lebih baik dan memberikan pelatihan digital kepada masyarakat setempat. 

Dalam kolaborasi dengan pemerintah dan sektor swasta, mahasiswa dapat menjadi agen perubahan yang kuat dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif secara digital. Dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa semua orang di Indonesia memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses dan memanfaatkan potensi yang ditawarkan oleh digitalisasi.

Selain itu, berkolaborasi dengan startup lokal akan memberi mereka kesempatan untuk merasakan dunia bisnis digital secara langsung, sementara mengikuti program pelatihan digital memperkuat keterampilan mereka. Membangun koneksi dengan para profesional dan pengusaha menghadirkan peluang magang dan kerja, sementara portofolio digital mereka menunjukkan kemampuan dan potensi mereka kepada dunia.

Dalam kasus nyata di Indonesia, mahasiswa memiliki kekuatan untuk mendorong perubahan dan mencapai keberhasilan dalam era digital yang terus berkembang. Mereka dapat menjadi kekuatan penggerak dalam masyarakat dengan mengambil langkah-langkah inisiatif yang kuat dan berani. “Hanya karena sesuatu tidak pernah dilakukan sebelumnya, bukan berarti itu tidak mungkin dilakukan,” ungkap Steve Jobs, pendiri Apple Inc.

Ungkapan di atas dapat dimaknai sebagai sebuah inspirasi bagi mahasiswa dalam era digital ini. Agar mereka menjadi inovator, penjelajah, dan pemimpin yang berani, dan mampu membuktikan bahwa pemuda memiliki kekuatan untuk menemukan keberhasilan di tengah perubahan yang terus berlangsung. (*)

Ditulis oleh: Faadhillah Syhab Azzahra Departemen Statistika Angkatan 2020 Reporter ITS Online

Berita Terkait

Teken mou, its gandeng zoho corporation dukung digitalisasi bisnis.

Kampus ITS, ITS News – Dukung perkembangan digitalisasi bisnis di Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bekerja sama Zoho Corporation

Sambut Mahasiswa Baru, ITS Gelar IPITS Pascasarjana

Kampus ITS, ITS News — Guna mengenalkan ekosistem kampus kepada mahasiswa baru program magister dan doktoral, Institut Teknologi Sepuluh

Luncurkan Mobil Terbaru, Tim Anargya ITS Siap Ukir Prestasi di Jepang

Kampus ITS, ITS News — Siap mengukir prestasi, tim riset kendaraan listrik, Anargya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meluncurkan mobil

ITS Sabet Enam Penghargaan di PKM Award 2024

Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) sekali lagi berhasil menorehkan prestasi gemilang pada ajang Program Kreativitas

essay tentang era digital

Sukolilo | Manyar | Tjokroaminoto Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Phone: 031-5994251-54, 5947274, 5945472 Fax: 031-5923465, 5947845

Tantangan Kompetensi SDM dalam Menghadapi Era Digital (Literatur Review)

  • September 2023

Dini Fajriyani at Universitas Terbuka

  • Universitas Terbuka

Dr Achmad Fauzi at Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

  • Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
  • This person is not on ResearchGate, or hasn't claimed this research yet.

Discover the world's research

  • 25+ million members
  • 160+ million publication pages
  • 2.3+ billion citations

Zulkifli Sultan

  • Abdul Rahman Rahim
  • Muhammad Sulaiman

Elena Mitrofanova

  • S Apriliana
  • E R Dan Nawangsari
  • I Nurhayati
  • Fanila Kusuma
  • ASIA PAC J HUM RESOU
  • J H Jackson
  • Recruit researchers
  • Join for free
  • Login Email Tip: Most researchers use their institutional email address as their ResearchGate login Password Forgot password? Keep me logged in Log in or Continue with Google Welcome back! Please log in. Email · Hint Tip: Most researchers use their institutional email address as their ResearchGate login Password Forgot password? Keep me logged in Log in or Continue with Google No account? Sign up

IMAGES

  1. Contoh Esai Singkat

    essay tentang era digital

  2. 💐 Format essay yang baik. Contoh Format Essay Yang Baik Dan Benar. 2022-10-11

    essay tentang era digital

  3. Contoh Essay Perkembangan Teknologi PDF: Membuka Wawasan dan Menjelajah Era Digital Magetan

    essay tentang era digital

  4. Contoh Essay Motivasi Beasiswa

    essay tentang era digital

  5. Development Of Art In The Digital Era Essay Example 1113 words GradesFixer.pdf

    essay tentang era digital

  6. Contoh Essay Tentang Mahasiswa

    essay tentang era digital

COMMENTS

  1. Identitas Nasional di Era Digital: Tantangan Fragmentasi Sosial

    Identitas Nasional di Era Digital: Tantangan Fragmentasi Sosial Sarmistha 4 (257 suara) The digital age has ushered in a new era of interconnectedness, blurring geographical boundaries and fostering a global village. This interconnectedness, however, comes with its own set of challenges, particularly in the realm of national identity.

  2. Tantangan dan Peluang di Era Digital: Perspektif Keberagaman Indonesia

    The digital era presents both challenges and opportunities for Indonesia, particularly in light of its diverse population. ... mulai dari pemanasan rumah hingga proses memasak dan pengobatan. Pemahaman tentang proses perpindahan panas radiasi sangat penting untuk memahami berbagai fenomena alam dan teknologi yang kita gunakan dalam kehidupan ...

  3. Menghadapi Era Digital: Tantangan dan Peluang di Masa Depan

    Era digital membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari cara kita berkomunikasi, bekerja, hingga cara kita mengonsumsi informasi. Namun, di balik tantangan tersebut, tersimpan peluang besar yang dapat kita manfaatkan untuk kemajuan bersama. Tantangan Era Digital. Keamanan Data dan Privasi.

  4. PDF Era Digital dan Tantangannya

    Era digital bukan persoalan siap atau tidak dan bukan pula suatu opsi namun sudah merupakan suatu konsekuensi. Teknologi akan terus bergerak ibarat arus laut yang terus berjalan ditengah-tengah kehidupan manusia. Maka tidak ada pilihan lain selain menguasai dan mengendalikan teknologi dengan baik dan benar agar memberi manfaat yang sebesar- ...

  5. Dunia Literasi di Era Digital: Tantangan, Peluang, dan Kolaborasi

    Namun, dengan kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup, dunia literasi juga mengalami pergeseran. Dalam esai ini, kita akan menjelajahi tantangan, peluang, dan kolaborasi yang dihadapi dunia literasi di era digital. Pengaruh Era Digital terhadap Literasi: Ruang iklan. Era digital telah mengubah cara kita mengakses dan mengonsumsi informasi.

  6. Tantangan Identitas dalam Era Digital: Sebuah Tinjauan Sosiologis

    This essay delves into the sociological implications of this phenomenon, examining the challenges to identity formation and expression in the digital age. The Rise of Digital Identities. The digital sphere provides a fertile ground for individuals to construct and project their identities.

  7. Pendidikan di Era Digital: Tantangan dan Peluang Bagi Generasi Z

    Peluang. 1. Akses Luas ke Sumber Daya Pendidikan. Salah satu keuntungan terbesar dari era digital adalah akses yang luas terhadap sumber daya pendidikan. Dengan adanya platform pembelajaran online dan konten pendidikan digital, generasi Z memiliki kesempatan untuk belajar dari mana saja dan kapan saja.

  8. Essay Penggunaan Literasi Digital Halaman 1

    Literasi digital terdiri atas dua suku kata, yaitu literasi dan digital. Literasi atau literature dalam istilah latin, letter dalam bahasa Inggris mendeskripsikan literasi sebagai dasar dari pengetahuan manusia yang terus berkembang. Sedangkan kata digital sendiri berasal dari kata digitus, yang dalam bahasa Yunani berarti jari jemari.

  9. Peluang dan tantangan pendidikan karakter di era digital

    Riset membuktikan bahwa era digital memberi peluang positif pada implementasi pendidikan karakter. Tantangan kita adalah bagaimana mengajari siswa untuk menavigasi etika di era digital. Beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam pendidikan karakter di era digital mencakup keseimbangan, keselamatan dan keamanan, perundungan siber, sexting ...

  10. PDF Melangkah Bersama di Era Digital: Pentingnya Literasi Digital untuk

    di era digital. Kata kunci: Literasi Digital, Berpikir Kritis, Pemecahan Masalah Abstract In facing the complex challenges of the digital era, this study explores the crucial role of digital literacy as a primary foundation in enhancing critical thinking skills and problem-solving abilities among students.

  11. (Pdf) Gerakan Literasi Sekolah: Tantangan Literasi Di Era Digital Dan

    e-ISSN 2723-4673. Gerakan Literasi Sekolah: T antangan Literasi Di Era. Digital Dan Cara Menga tasinya. 1 Parentah Lubis, 2 Mardianto, Muhammad Irwan Padli Nasution. 1 Mahasiswa Pasca Sarjana ...

  12. (PDF) Implementasi Teknologi dalam Pembelajaran di Era Digital

    Essays in Education, 15 (1), ... Keberhasilan penelitian ini memberikan wawasan tentang strategi untuk mengurangi kesenjangan digital di Madrasah Aliyah Al-Ibrohimy Galis. ... In the digital era ...

  13. Essay: Mulai Terkikisnya Budaya Indonesia di Era Digital

    Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk melestarikan budaya Indonesia di tengah era digital. Seperti halnya kita bisa memanfaatkan media sosial yang sering kita gunakan hampir setiap harinya untuk mengedukasi atau menyebarkan pengetahuan tentang budaya kita sendiri kepada masyarakat umum khususnya penggiat media sosial.

  14. Essay Memanfaatkan Teknologi Digital Menuju Pendidikan ...

    Essai ini membahas tentang penerapan aplikasi pembelajaran digital VC-Learning untuk mengatasi ketimpangan pendidikan antara pedesaan dan perkotaan di Indonesia. Aplikasi ini diharapkan dapat menyediakan sumber daya pembelajaran secara online untuk siswa di seluruh wilayah melalui dukungan teknologi dan kerja sama pemerintah.

  15. (PDF) Peran Mahasiswa Di Era Digital Sebagai Iron Stock Menuju Generasi

    Era dimana hampir seluruh tatanan kehidupan menggunakan internet atau terhubung dengan jaringan internet. Era digital bukan hanya persoalan siap atau tidak, dan bukan juga suatu opsi, namun suatu konsekuensi. ... alangkah baiknya jika mahasiswa memberikan sebuah pengarahan kepada para masyarakat tentang seberapa besar manfaat dan pentingnya ...

  16. Transformasi Digital Menuju Era Digital Society Sebagai Akselerasi

    Sumber: www.quipper.com (dalam Wijoyo dkk, 2020). Pertumbuhan E-Commerce. Mengingat besarnya pasar Indonesia dan konsumen yang cerdas secara digital, pasar e-commerce Indonesia telah muncul sebagai yang terbesar di Asia Tenggara, yakni menyumbang hampir 50 persen dari total ukuran pasar di kawasan tersebut.. Perkembangan bisnis e-commerce ini dari hari ke hari semakin pesat selama pandemi ...

  17. Essay Peran Mahasiswa Melalui Pengembangan Teknologi Di Era Digital

    ESSAY PERAN MAHASISWA MELALUI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DI ERA DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PEKERJAAN LAYAK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI MASYARAKAT - Free download as Word Doc (.doc / .docx), PDF File (.pdf), Text File (.txt) or read online for free.

  18. Essay Generasi Z Dan Tantangan Masa Depan

    Teks tersebut membahas tentang karakteristik generasi Z dan perbandingannya dengan generasi sebelumnya. Generasi Z memiliki karakteristik sebagai generasi yang fasih teknologi, sosial, multitasking, cepat berpindah fokus, dan senang berbagi. Teks tersebut juga membandingkan perbedaan generasi Z dengan generasi Milenial dalam hal adaptasi teknologi, ekonomi, durasi online, platform media sosial ...

  19. [Esai] Generasi Milenial dan Strategi Pengelolaan SDM Era Digital

    a-hil dilepaskan dari teknologi komunikasi dan informasi digital. Mereka tumbuh dalam kelua-san komunikasi dan keleluasaan informasi yang membuat mereka me. asa p. DalamGenerasi Milenial dan Strategi Pengelolaan SDM Era DigitalDalam konteks pekerjaan, merasakan pengala-man kerja yang dinamis dan mencari.

  20. Peran Mahasiswa sebagai Agen Perubahan di Era Digital

    Kampus ITS, Opini - Pada era digital yang terus berkembang pesat, mahasiswa memainkan peran kunci dalam memanfaatkan peluang dan menghadapi tantangan yang ditawarkan oleh perubahan tersebut. Dalam lanskap yang terhubung ini, mahasiswa memiliki kesempatan besar untuk menemukan keberhasilan di tengah perubahan dan perkembangan zaman ini. Mengutip dari datareportal.com, pemanfaatan internet dan ...

  21. Essay Literasi Digital

    Dokumen ini membahas tentang teknologi digital dan dampaknya terhadap masyarakat. Teknologi digital telah memudahkan akses informasi namun juga menimbulkan tantangan seperti penurunan moral dan ancaman pelanggaran hak cipta. Dokumen ini juga menyebutkan solusi seperti pendidikan untuk menggunakan teknologi secara bertanggung jawab dan peraturan pemerintah untuk mencegah pelanggaran hukum.

  22. (PDF) Tantangan Kompetensi SDM dalam Menghadapi Era Digital (Literatur

    Tantangan Kompetensi SDM dalam Menghadapi Era Digital. (Literatur Review) Dini Fajriyani 1*, Achmad Fauzi 2, Made Devi Kurniawati 3, Adam Yudo Prakoso Dewo 4, Arif Fahri Baihaqi 5, Zulkarnain ...

  23. TRANSFORMASI DIGITAL: PERAN KEPEMIMPINAN DIGITAL

    asi Digital, Kepempimpinan Digital, PemerintahanAbstract : Leadership play. a key role in achieving digital transformation. Leaders who are able to le. d and use technology are called digital leaders. The evolving era of information technology, artificial intelligence and the use of big data in the government sec.